Pages

Jig Dan Welding Fixture : Kendala Desain dan Solusinya


Dalam teknik pengelasan sering ditemui masalah-masalah general yang berdampak pada produk seperti halnya deformasi, visual, treatment dan beberapa masalah lainnya yang menjadi “PR” untuk para desainer fixture untuk dapat mengantisipasi masalah tersebut.
Kesalahan dalam mendesain fixture dapat berakibat sangat fatal karena setelah desain telah direalisasikan, repair untuk fisik fixture jauh lebih sulit dari pada repair desain itu sendiri.

Beberapa masalah utama yang menjadi concern desainer welding fixture yaitu :
  1. Faktor deformasi
    Deformasi adalah efek yang ditimbulkan dari proses welding yaitu perubahan bentuk material karena perubahan temperatur yang sangat ekstrim yang dialami oleh material.
Mengapa deformasi menjadi kendala? 
Ketika desainer produk menuntut hasil yang presisi dari proses welding maka deformasi menjadi satu masalah yang besar yang harus dihadapi oleh tool maker (pembuat fixture dan jig). Deformasi membuat dimensi yang sudah terjaga oleh welding fixture menjadi Out Of Tolerance (OOT). Misalnya ketika membuat jarak 2 komponen 100mm pada fixture, setelah proses welding dan komponen dilepas, dimensi yang terukur bisa saja minus atau plus. Jika toleransi yang dizinkan masih lebih besar dari penyimpangan yang terjadi, maka itu aman. Namun jika toleransi yang diminta lebih kecil dari permintaan maka itu menjadi masalah.
Bagaimana mengatasi deformasi?
Sebenarnya dengan menggunakan fixture saja sudah merupakan salah satu cara untuk meminimalkan deformasi welding. Namun dalam aplikasinya, fixture saja masih belum bisa mengontrol deformasi yang terjadi. Berikut ini beberapa tips meminimalkan efek deformasi selain dengan fixture:
  1. Counter
  2. Parameter setting
  3. Review desain
Pembahasan lebih lengkap dapat dibaca di Mengatasi Deformasi Welding : Tips dan Trik
  1. Variasi part
    Yang dimaksud dengan variasi part adalah perbedaan dimensi part yang diproses terkait dengan supplier.
    Contoh : Sebuah produk terdiri dari part A dan part B. Untuk part A yang dijadikan referensi pada Welding Fixture adalah Ø20±0,2 (diameter luar). Setelah dicek ternyata part yang didapatkan adalah :
    Part A1 : Ø20,04
    Part A2 : Ø20,1
    Part A3 : Ø19,85
    Part A4 : Ø21,2
    dst.
    Toleransi yang diizinkan adalah 20±0,2. Untuk membuat locator diameter tersebut berarti haruslah memakai dimensi terbesar yang diizinkan.
    Dimensi locator = 20 + 0,2 = 20,2.
    Dengan demikian jika kemudian operator Welding menemukan part sesak dengan Welding Fixture maka sudah bisa dipastikan bahwa part tersebut over dari toleransi.
    Kendala yang terjadi adalah ketika dimensi yang diminta merupakan dimensi geometri misalnya konsentrisitas (jarak maksimal yang diizinkan antara 2 atau lebih sumbu putar)
    Setelah melihat gambar di atas sudah jelas apa yang dimaksud dengan konsentrisitas. “X” adalah nilai konsentrisitas. Semakin kecil maka semakin sulit dicapai.
    Contoh kasus :
    Komponen A memiliki diameter luar 30 ±0,5
    Komponen B memiliki diameter luar 20 ±0,2
    Keduanya harus diproses welding dengan tuntutan :
      Konsentrisitas 0,6.
      Pembahasan :
Secara teori : range diameter komponen A adalah
= 2x0,5 = 1mm
dan komponen B
= 2x0,2 = 0,4mm
    Jika tanpa tuntutan konsentrisitas, maka fixture akan dibuat dengan spesifikasi sbb:
    1. Locator komponen A = 30,5 (diambil maksimal)
    2. Locator komponen B = 20,2 (diambil maksimal)
    Maka konsentrisitas maksimal yang mungkin terjadi dengan fixture di atas adalah jika :
      • komponen A -> Ø29,5 . Kekocakan antara komponen dengan fixture
        = 30,5 – 29,5 = 1mm
        Maka :
        pergeseran maksimal sumbu (konsentrisitas) adalah setengah dari pergeseran diameter
        = 1 x 0,5 = 0,5 mm
      • komponen B -> Ø19,8. Berarti konsentrisitas maksimal adalah 0,2 mm. (analisa seperti komponen A)
      • Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentrisitas (K) dari fixture ini adalah
          K =0,5 + 0,2 = 0,7
      • Permintaan gambar adalah 0,6 sehingga fixture dengan desain seperti ini masih belum memenuhi qualifikasi
    Opsi yang bisa dipakai :
    1. mengubah toleransi part menjadi lebih presisi
      sehingga K maksimal adalah 0,6.
    2. memperbesar toleransi konsentrisitas yang diminta minimal 0,7.
    3. membuat adjustable fixture. Ini adalah langkah terakhir jika 2 opsi di atas sudah tidak memungkinkan karena alasan fungsional atau apapun permintaan customer. Maksudnya adalah salah satu locator dibuat adjustable menyesuaikan diameter aktual part.
      Dalam hal ini ada 2 diameter yaitu :
      • Ø 20 ± 0,2
      • Ø 30 ± 0,5
      Maka diambil yang range-nya terbesar yaitu Ø30±0,5 dengan range 1 mm yang akan memakai ajdustable locator. Sehingga diameter yang memakai adjustable locator dianggap mempunyai konsentrisitas 0,0 tergantung dari kualitas adjuster yang dipakai. Dengan demikian konsentrisitas yang bisa dicapai fixture menjadi :
        K = 0 + 0,2 = 0,2 (seperti rumus di atas)
      Apa itu adjuster ?
      Adjuster dalam hal ini adalah clamp yang mampu melakukan clamping menyesuaikan dengan diameter aktual part sehingga garis sumbu tetap pada posisinya. Perhatikan ilustrasi gambar di bawah:
      Lihat gambar Adjuster :
      Berapapun diameter aktual part dengan locator adjuster, centernya tetap pada titika tengah. Karena ajduster menyesuaikan dengan diameter aktual partnya.
      Sedangkan gambar locator, jika diameter aktual part ternyata lebih kecil daripada diameter locator maka akan terjadi pergeseran center/sumbu sebesar “X” yang besarnya :
        X = (D – C)/2
      Dengan
        X = pergeseran sumbu (konsentrisitas)
        D = diameter locator
        C = diameter part (aktual)
      Namun yang perlu diingat bahwa pembuatan fixture seperti ini memerlukan cost yang lebih mahal daripada fixture biasa sehingga langkah ini direkomendasikan menjadi langkah yang terakhir.


  1. Penentuan Flow Proses
    Hal utama yang perlu diperhatikan saat mendesain Welding Fixture adalah flow process. Dari kata FLOW : aliran dan PROCESS : proses, yang berarti aliran atau urutan proses welding dari single part menjadi satu produk welding.
    Seperti apa flow proses itu?
    Perhatikan gambar dibawah ini :
    Produk di atas bisa memiliki flow proses seperti gambar berikut :
    Dengan demikian berarti dibutuhkan 2 fixture untuk membuat produk tersebut.
    Bagaimana cara menentukan flow proses?
    Tidak ada teori pasti untuk hal ini hanya beberapa pengalaman dan juga trial and error yang bisa dijadikan referensi pembuatan flow proses. Beberapa poin yang perlu diperhatikan antara lain :
    1. Tuntutan desain
      Perhatikan gambar berikut :
      Contoh kasus :
        Desain produk menuntut konsentrisitas antara lubang komponen A harus safe/aman.
      Flow 1 :
      • step 1 : komponen C (2pcs) + komponen B
      • step 2 : hasil step 1 + komponen A (2pcs)
      Flow 2 :
      • step 1 : komponen B + komponen A (2pcs)
      • step 2 : hasil step 1 + komponen C (2pcs)
      Dengan mempertimbangkan faktor deformasi yang ada maka Flow 1 merupakan flow yang paling tepat untuk mengerjakan produk ini.
      Pembahasan :
      Flow 2 : Ketika pada step 1 : komponen B + komponen A (2pcs) konsentrisitas antara lubang komponen A sudah memenuhi tuntutan desain. Kemudian saat proses 2 dilakukan faktor deformasi akan membuat komponen B mengalami perubahan bentuk yang pasti juga akan berakibat pada posisi masing-masing lubang komponen A. Sehingga konsentrisitasnya akan berubah dan memiliki kemungkinan untuk melebihi batas toleransi yang diminta.
      Flow 1 : Pada Flow 1 komponen A diproses pada proses finish atau akhir sehingga konsentrisitas antara lubang tidak terpengaruh proses lain. Hal ini lebih aman karena konsentrisitas antara lubang hanya dipengaruhi dimensi fixture saja.
    2. Banyaknya part yang akan diproses
      Poin ini menentukan jumlah proses yang dibutuhkan
    3. Lokasi sambungan las
      Hal ini dapat berpengaruh jika posisi yang akan dilas berkebalikan, sehingga harus membuat 1 fixture tambahan hanya untuk melakuakan las balik. Walaupun sebenarnya produk tersebut sudah bisa ter-assy dengan baik hanya dengan 1 fixture saja.
      Selain itu urutan proses juga harus diperhatikan terkait dengan ruang gerak welder. Misalnya, karena kesalahan flow, ada bagian yang tidak bisa terproses karena terhalang atau bahkan tertutup part yang lain.
    4. Cost / biaya
      Beberapa poin yang mempengaruhi cost dan biaya dalam pembuatan flow proses :
      • jumlah proses = jumlah fixture
      • dimensi fixture = kebutuhan material
      • sesuai tuntutan desain = jumlah reject/repair
      • tingkat kesulitan = machining cost/time
Demikian pembahasan mengenai Kendala Desain Jig dan Solusinya.. Semoga bermanfaat..

Macam-macam Clamping Yang Digunakan Dalam Welding Fixture

Setelah membahas Macam-macam Jig Dan Welding Fixture pada posting terdahulu, kali ini akan dibahas macam-macam clamping yang bisa dipakai dalam welding fixture beserta kegunaannya baik clamping otomatis maupun clamping manual.

Toggle
Toggle dapat diterapkan untuk sistem konvensional maupun otomatis. Cara kerja toggle agar bisa melakukan clamping adalah dengan menyetel bagian clamp-nya (jika standart biasanya berupa baut dan 2 mur sebagai pengunci) sesuai dengan kebutuhan. Setelah itu operator tinggal menggerakkan tuas/handle toggle sampai maksimal (sangat cepat dan mudah).
Toggle sendiri juga memiliki banyak macam dan ukuran tergantung dari bagaimana desain fixture yang akan dibuat. Macam-macam toggle akan dibahas tersendiri di Macam-macam Jenis dan Fungsi Toggle Clamp.
Beberapa alasan kenapa toggle dipandang sebagai clamping paling ideal untuk proses welding sebagai berikut:
  • Penggunaan mudah dan cepat
  • Kuat
  • Memiliki berbagai macam model jenis dan ukuran sehingga dapat diaplikasikan dalam berbagai desain fixture
    Namun demikian toggle tidak disarankan untuk dipakai pada proses machining, karena toggle tidak dapat menahan vibrasi proses machining, sedangkan pada proses welding, vibrasi bisa dikatakan hampir tidak ada.
Screw Clamp
Screw Clamp atau bisa juga didefinisikan dengan clamping yang menggunakan ulir, merupakan alternatif jika sudah tidak dapat lagi menggunakan toggle clamp. Mengapa demikian? Karena clamping model ini sangat memakan banyak waktu dalam operasionalnya dan rawan macet (karena faktor lingkungan welding yang rawan terkena spater).
Beberapa kekurangan sistem ulir dibandingkan toggle:
  • Lama : proses memutar ulir sampai kencang bisa berkali lipat lamanya proses mengerakkan tuas toggle
  • Kekuatan : kekuatan pencekaman berbeda-beda setiap kali melakukan clamping
    Bentuk dari clamping ulir ini beragam, bisa hanya menggunakan part standart bolt (imbush screw), Step block & step clamp dan lain-lain.

Magnet
Salah satu model clamp yang juga praktis adalah magnet. Selain praktis model ini juga murah dan mudah baik dalam pembuatan fixturenya maupun dalam penggunaanya.
Operator tinggal meletakan part sesuai dengan locator yang sudah ada pada fixture – selesai- . Tidak perlu perlakuan apapun lagi part sudah menempel pada fixture. Hanya saja kelemahannya adalah pada kekuatan yang hanya mengandalkan medan magnet, tidak ada kekuatan mekanik yang membantu.
Dengan kelemahan tersebut magnet biasanya hanya sebagai support clamping supaya pemasangan komponen menjadi lebih mudah.
Contoh : untuk pemasangan material pada posisi miring/vertikal operator harus memegangi komponen baru melakukan clamping dengan toggle, maka magnet bisa digunakan untuk membantu operator sehingga tidak perlu memegangi komponen lagi saat melakukan clamp dengan toggle maupun ulir.

Vacuum
Vacuum mungkin sedikit terdengar asing terutama jika dikaitkan dengan masalah clamping system. Pasalnya vacuum hanya mengandalkan tekanan udara minus, sehingga material terhisap dan terpegang.
Vacuum biasanya dipakai untuk part-part yang lebar dan memiliki permukaan yang lebar dan halus (sheet metal), misalnya body mobil, rangka (frame) mobil dan sebagainya. Untuk operasionalnya, biasanya sudah memakai automatic-loader alat untuk memasang part secara otomatis.
Tidak semua part bisa menggunakan clamping jenis karena kontak dengan part adalah berupa karet yang memelukan permukaan yang halus supaya tidak ada celah yang menyebabkan bocor dan berakibat gagal clamping.

Fitting Guide Set
Bentuknya seperti tikus kecil, beberapa ada juga yang menyebutnya “tikus-tikusan”.
Fungsinya untuk mendorong part ke arah tertentu dengan spring supaya part selalu rapat pada referensi yang dikehendaki.
Tujuan : mengantisipasi operator lupa untuk memposisikan part sesuai dengan ketentuan (human error). Misalnya: part harus rapat stopper, tegak lurus, rapat dengan bidang “A” dan sebagainya, yang tidak bisa diwakili hanya dengan clamping utama saja misalnya toggle.

Dan masih banyak clamping system yang lain belum disebutkan dalam pembahasan di atas yang tentu saja tidak bisa disebutkan semua. Namun dengan kombinasi 5 macam clamp di atas sudah cukup bisa mewakili kebutuhan fixture dengan berbagai macam permintaan.

Macam-macam Jig Dan Welding Fixture

Dalam perkembangan industri saat ini terutama fabrikasi, para pelaku bisnis sudah mulai melirik ke automatic production system (sistem produksi otomatis) yang dampaknya adalah mengurangi kebutuhan SDM, meningkatkan kapasitas dan produktivitas dan masih banyak lagi keuntungan yang diperoleh dari sistem ini.

Dalam dunia pengelasan, otomatisasi adalah ROBOT WELDING. Mesin welding yang mampu melakukan pengelasan berdasarkan program yang telah kita buat dengan hasil yang stabil. Untuk mengimbangi kecepatan ROBOT WELDING maka proses pemasangan benda kerja juga harus cepat namun tetap presisi. Salah satu caranya adalah menggunaka fixture otomatis atau semi-otomatis. Yang dimaksud dengan otomatis adalah sistem clamping-nya, otomatis berarti operator tidak perlu lagi melakukan kegiatan clamping benda kerja. Karena sudah otomatis dilakukan oleh fixture.

Berikut ini macam-macam fixture berdasarkan sistem clamping-nya :
  1. Fixture Konvensional


    Dari namanya sudah bisa dibayangkan bahwa fixture ini menggunakan sistem clamping konvensional. Berarti segala macam clamping dilakukan secara konvensional bisa dengan toggle ataupun ulir. Dengan demikian, untuk suatu produk yang terdiri dari banyak part maka clamping seperti ini akan menjadi satu masalah karena memakan banyak waktu dan tentunya tenaga.
    Kelemahan :
  • Waktu loading dan unloading lama
  • Keakuratan pemasangan mengandalkan kemampuan operator (faktor human error tinggi)
    Kelebihan :
  • Biaya pembuatan fixture rendah
  1. Fixture Semi-otomatis
    Fixture ini merupakan gabungan dari fixture konvensional namun beberapa clamping-nya sudah mengaplikasikan sistem clamping otomatis. Sehingga hanya beberapa part saja yang harus diclamping dengan cara konvensional.
    Kelemahan :
  • Faktor safety (karena operator melakukan kegiatan diantara mekanisme yang otomatis)
  • Masih mengandalkan kompetensi operator untuk masalah keakuratan
  • Harus menyediakan sarana pneumatic atau hydraulic
    Kelebihan :
  • Waktu loading menjadi lebih cepat
  • Biaya produksi menurun
  1. Fixture Otomatis
    Fixture ini sudah menggunakan jenis clamping full otomatis, sehingga operator tinggal menekan tombol saja dan masing-masing clamping sudah akan melakukan tugasnya masing-masing. Biasanya clamping dengan sistem ini menggunakan penggerak pneumatic. Namun ada juga beberapa kebutuhan yang harus menggunakan hydraulic, misalnya untuk produk yang memiliki massa besar atau dimensi yang besar.
    Kelemahan :
  • Biaya pembuatan mahal (instalasi hydraulic/pneumatic)
  • Part yang diapakai harus benar-benar OK karena clamping otomatis tidak dapat mendeteksi komponen yang bermasalah, misalnya ukuran diameter minus sehingga positioning menjadi “kocak”
    Kelebihan :
  • Proses loading unloading sangat cepat
  • Keakuratan hasil proses sangat stabil
  • Sangat aman (faktor safety)


Tentu saja apapun jenis fixture yang akan dipakai tergantung pada produk yang akan dikerjakan dan juga perhitungan cost-nya. Dengan mempertimbangkan plus/minus dari masing-masing jenis fixture yang sudah dijelaskan di atas, maka akan mempermudah untuk menentukan jenis fixture apa yang sesuai dengan kebutuhan.

Jig dan Fixture : Perlukah untuk semua proses?


Jig dan fixture merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi industri dengan jenis mass production. Berbeda dengan industri customize production yang membuat tiap macam produk dengan jumlah yang sedikit, mass production membuat tiap macam produk dalam jumlah yang massal, sehingga banyak pekerjaan berulang yang harus dilakukan. Maka, fixture dan jig berperan penting untuk mempersingkat pekerjaan yang berulang tersebut.

Namun demikian tidak lantas selalu semua proses harus menggunakan jig dan fixture. Pada dasarnya perlu atau tidaknya menggunakan fixture akan kembali lagi pada perhitungan cost/biaya. Berikut ini adalah contoh proses produksi yang tidak memerlukan fixture :

Customize Production
Mengapa Customize Production tidak memerlukan fixture?
Setiap produk yang dibuat adalah unik sehingga setiap kali proses memerlukan setting yang juga unik (berbeda). Dan hal ini tidak dapat dilakukan oleh fixture yang pada dasarnya satu fixture satu setting.

Bagaimana kualitas produk yang dihasilkan jika tanpa fixture/jig?
Pada umumnya pemain Custom Production lebih advance dari pada pemain mass production. Hal ini disebabkan oleh pengalaman mereka dalam mengerjakan berbagai macam dimensi, bentuk dan material produk. Sehingga kualitas yang dihasilkan sangatlah tergantung pada kompetensi operatornya.

Low Mass Production
Dalam hal Low Mass Production yaitu produksi massal dengan kapasitas rendah kebutuhan fixture menjadi suatu hal yang mahal karena cost pembuatan fixture lebih tinggi dari laba yang dihasilkan produk secara total karena kapasitas yang rendah.

Maka ada baiknya untuk selalu memperhatikan BEP (Break Even Poin)/ titik impas ketika akan memutuskan menggunakan fixture atau tidak agar tidak menjadi beban produksi.

Perbedaan Jig dan Fixture Bukan Hanya Masalah “Sebutan”

Mungkin banyak kalangan berpendapat bahwa Jig dan Fixture adalah dua hal yang sama, namun sesungguhnya 2 hal tersebut memiliki beberapa perbedaan mendasar dari fungsinya. Berikut ini adalah perbedaan dari Jig dan Fixture.


JIG

Mengarahkan/menjaga gerakan tool sesuai dengan tuntutan produk. Dalam hal ini posisi benda kerja tidak begitu diperhatikan karena sudah terwakili dengan gerakan tool yang konstan.
Contoh jig sederhana untuk memudahkan memahami cara kerja dan pengertian JIG

1. penggaris
contoh jig

benda kerja : kertas
tool : pena
fungsi utama : membuat garis lurus
penjelasan : penggaris mengarahkan gerakan pena sesuai dengan tuntutan yaitu gerakan lurus sehingga terbentuklah sebuah garis lurus.

2. alat sablon

benda kerja : kaos/kain
tool : cat sablon
fungsi utama : membuat pola/gambar warna tertentu pada kaos/kain
penjelasan : alat sablon (yang berupa jaring/ saringan yang sangat lembut) meneruskan aliran cat ke kain dengan pola tertentu sehingga cat dapat menempel pada kain dan membentuk suatu pola. Alat sablon sudah dibuat sedemikian rupa sehingga hanya beberapa bagian saja yang bisa dilewati cat. Bagian inilah yang membentuk sebuah pola pada kain.

Kesimpulannya jig adalah pengarah suatu alat (subjek) dengan konstan kepada suatu material/komponen/benda (objek) dengan tujuan tertentu.


FIXTURE

menjamin satu atau lebih part akan selalu menempati posisi yang sama setiap kali dilakukan pemasangan (loading) supaya tool (subjek) yang sudah disetting gerakannya bisa melakukan proses dengan benar. Dalam hal ini fixture tidak menjaga gerakan tool karena diasumsikan tool sudah bergerak secara konstan, misal cutting tool pada CNC milling, torch pada robot welding dan sebagainya.
Contoh FIXTURE sederhana untuk memahami apa itu Fixture:

1. Profil kerucut/corong dispenser

contoh jig
Benda kerja : galon
Tool : dispenser
Fungsi utama : memastikan galon dapat mengalirkan air minum ke dalam dispenser
Penjelasan : Profil kerucut membuat galon air minum selalu terpasang pada tempatnya dengan menggunakan profil yang mengerucut sehingga air dapat mengalir ke dispenser.

2. Pengarah kertas pada printer

Benda kerja : kertas
Tool : printer
Fungsi utama : menjaga posisi kertas tetap lurus saat printing
Penjelasan : Pengarah kertas pada printer membuat posisi kertas selalu stabil dan lurus ketika printing. Tanpa pengarah kertas, posisi kertas dapat berubah tak beraturan sehingga hasil print menjadi tidak sesuai kebutuhan.
Kesimpulan yang bisa diambil adalah fixture lebih menjaga kestabilan posisi benda kerja pada setiap proses loading/ pasang.

Dari pemabahasan di atas terlihat jelas bahwa jig dan fixture adalah 2 jenis alat bantu produksi yang berbeda. Namun demikian, tidak ada aturan baku yang mengatur hal tersebut. Sehingga dalam penerapannya, bisa saja kedua kata tersebut digunakan untuk satu maksud yang sama selama dapat dimengerti satu sama lain.


Disclaimer : Artikel ini hanya bertujuan untuk memaparkan arti kata Jig dan Fixture secara harafiah, penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan artikel ini adalah wajar dalam realita lapangan saat ini. (penulis)

3 Fungsi Utama Jig dan Welding Fixture

Jig dan Fixture adalah salah satu penunjang vital untuk proses mass production. Selain meningkatkan produktivitas Jig juga mampu menjaga kualitas benda kerja selalu stabil, sehingga 2 aspek utama produksi sudah terpenuhi, yaitu QUALITY dan QUANTITY.

Berikut ini 3 fungsi utama Jig dan Fixture :
1.Menstabilkan hasil proses
Maksudnya adalah setiap benda yang dihasilkan dari setiap proses memiliki akurasi yang sama. Hal ini sangat penting terlebih untuk pekerjaan mass production yang membutuhkan kecepatan sehingga seringkali masalah kualitas tersisihkan. Namun dengan bantuan Fixture dengan produktivitas yang tinggi kualitas masih tetap bisa terjaga, tentu saja dengan mempertimbangkan segala aspek misal : umur pakai, variasi komponen, kondisi fixture dan sebagainya.

2.Memenuhi dimensi yang diminta
Terkadang tuntutan desain sedikit susah untuk direalisasikan menjadi sebuah produk yang baik khususnya dalam hal pengelasan. Untuk itu Fixture masih memegang peran penting dalam menghasilkan produk yang presisi. Dengan adanya fixture, posisi komponen akan selalu ditempat yang sama pada setiap proses. Satu poin yang tidak boleh dianggap sepele adalah faktor deformasi welding. Dengan bantuan fixture hal tersebut dapat minimalkan sehingga mendapatkan kualitas yang maksimal. Misalnya dengan clamping toggle clamp, positioning berupa alur (slot), clamping ulir, clamping hydraulic dan sebagainya yang pada dasarnya menahan deformasi yang terjadi.

3.Mempermudah dan mempercepat proses pemasangan komponen
Perhatikan komponen berikut ini :

dengan banyaknya single part dalam 1 komponen assy, maka penyusunan single part sesuai dengan posisinya menjadi hal yang tidak lagi sederhana. Diperlukan positioning untuk masing-masing part. Banyangkan jika part sebanyak itu disusun tanpa clamping dan positioning, mungkin akan menjadi satu hal yang lebih sulit daripada proses pengelasan itu sendiri. Dengan demikian pasti proses loading part menghabiskan resource yang cukup besar baik dari tenaga maupun waktu. Sehingga kebutuhan fixture untuk kasus seperti ini menjadi mutlak apalagi untuk proses mass production.

Tiga fungsi fixture di atas adalah fungsi utama Jig dan Fixture secara umum, secara khusus masih ada fungsi lain yang mungkin belum dijelaskan dalam pembahasan di atas, misalnya : untuk proses welding di Robot, untuk menjaga komponen dari percikan api welding (spater)dan sebagainya. Pembahasan lebih lengkap dapat dilihat di Jig dan Fixture : Fungsi khusus dan spesial

Jig dan Welding Fixture : Definisi dan kegunaannya?

Contoh Welding Fixture
Jika mendengar kata Fixture atau Jig mungkin untuk sebagian orang (bidang: teknik mesin) sudah sangat familiar dan paham apa maksud dari kedua istilah tersebut yaitu alat untuk membuat proses-proses yang berulang selalu menghasilkan  dimensi dan bentuk yang seragam. Seragam di sini berarti bahwa antara benda kerja pertama sampai dengan benda kerja terakhir memiliki dimensi yang masih bisa diterima dalam batas toleransi yang diizinkan.

Namun demikian Jig dan Fixture secara umum (bukan hanya untuk proses welding) dipandang beberapa kalangan memiliki definisi yang berbeda :
Jig : lebih cenderung mengarahkan tool ke benda kerja secara tetap sehingga arah tool dapat selalu sama setiap kali melakukan proses.
Fixture : lebih cenderung mengikat/memegang benda kerja agar dapat selalu berada di posisi yang sama setiap kali akan melakukan proses, dalam hal ini gerakan tool sudah disetting sehingga dapat menyesuaikan posisi benda kerja. Pembahasan lebih lengkap silakan dilihat Perbedaan Jig dan Fixture Bukan Hanya Masalah “Sebutan”.

Berikut contoh penggunaan jig dan fixture:
Komponen “Z” memiliki sebuah dimensi 300 ±1. Permintaan produksi adalah 50 pcs. Maka, tugas jig/fixture adalah menjaga setiap komponen yang dibuat dari komponen pertama sampai terakhir memiliki dimensi minimal 299,00 dan maksimal 301,00. Jig yang baik selalu memiliki deviasi yang kecil.

Maka dapat disimpulkan bahwa secara umum Jig / Welding fixture berfungsi untuk :
1.Menstabilkan hasil proses welding (mass production)
2.Memenuhi dimensi yang diminta
3.Mempercepat/ mempermudah proses setting

Tanpa menggunakan jig welding proses pengelasan akan sangat sulit, lama dan kestabilan prosesnya pun sangat rendah karena harus melakukan setting ulang setiap akan melakukan proses. Maka, jig dan fixture dibuat untuk menjaga dan memastikan setiap proses yang dilakukan supaya memiliki hasil yang seragam atau stabil.

Berikut ini adalah beberapa contoh welding jig dan komponennya:

Dengan melihat ilustrasi di atas telah jelas seberapa vitalnya jig dan fixture untuk proses welding khususnya untuk mass production.

Apakah setiap proses memerlukan jig dan fixture?

Tidak, untuk komponen yang sangat sederhana, jig dan fixture tidak diperlukan karena justru akan menambah biaya produksi dari segi pembuatannya dan lamanya waktu proses.

Contoh : komponen assy “A” yang akan diproses memiliki 2 komponen penyusun komponen pertama berupa bush komponen kedua berupa shaft yang masing-masing diameternya sudah dibuat sama sebagai referensi proses assy-nya. Maka, welding seperti ini secara umum tidak memerlukan fixture. Akan tetapi dalam kasus tertentu, bisa saja komponen A memerlukan fixture, misalnya: untuk proses welding robot/ Welding Robot (WR).
Untuk lebih jelasnya silakan lihat Jig dan Fixture : Perlukah untuk semua proses?

Itulah sedikit gambaran tentang 3 Fungsi Utama Jig dan Welding Fixture. Dalam artikel selanjutnya akan dibahas lebih detail tentang masing-masing fungsi Jig dan Fixture.